Skip to main content
Berita Kegiatan

Sambut Ramadhan Dengan Ketakwaan Dan Wujudkan Indonesia BERSINAR Melalui Kultum Ramadhan

Dibaca: 0 Oleh 11 Mar 2025Tidak ada komentar
Sambut Ramadhan Dengan Ketakwaan Dan Wujudkan Indonesia BERSINAR Melalui Kultum Ramadhan
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

garutkab.bnn.go.id, Garut – Badan Narkotika Nasional Kabupaten Garut (BNNK Garut) bertempat di Mushola Kantor BNN Kabupaten Garut mengadakan kegiatan Kultum Ramadhan dalam rangka menyambut Ramadhan Dengan Ketakwaan Dan Wujudkan Indonesia BERSINAR (Bersih Narkoba) dengan tema “Imam Al-Awza’i, Selasa(11/03/2025).

Kegiatan Kultum Ramadhan merupakan kegiatan rutin setiap hari pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan pada rangkaian shalat dzuhur berjamaah. Seluruh personil bisa mendapat kesempatan untuk menyampaikan kultum sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

Kegiatan kultum ramadhan dilaksanakan pada rangkaian shalat dzuhur berjamaah. Rangkaian kegiatan shalat dzuhur berjamaah diawali dengan shalat sunnah qobliyah, kemudian shalat dzuhur berjamaah dan kultum. Manfaat yang diperoleh dari ceramah Agama atau Kultum Ramadhan diantaranya meningkatkan silaturahmi, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, mengingatkan diri sendiri atau sebagai sarana intropeksi diri dan menambah ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan yang lebih luas.

Selain itu, Kultum Ramadhan diadakan dalam mewujudkan Indonesia BERSINAR (Bersih Narkoba) dan meningkatkan pemahaman Kecerdasan spiritual (SQ) yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna kehidupan, nilai-nilai, dan keutuhan diri yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna. Sejatinya Kultum Ramdhan merupakan momentum untuk perubahan diri ke arah yang lebih baik lagi. sehingga menjadi pribadi muslim yang lebih baik.

Imam Al-Awza’i (707–774 M) adalah seorang ulama besar di dunia Islam, terutama dalam bidang fiqh dan hadits. Ia lahir di Baalbek (Lebanon) dan kemudian menetap di Beirut, menjadikannya sebagai pusat keilmuan Islam. Mazhabnya, Mazhab Al-Awza’i, pernah berkembang luas di Syam (Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina) serta Andalusia sebelum akhirnya pengikutnya beralih ke mazhab lainnya, seperti Mazhab Maliki.

Kisah dan Pelajaran dari Imam Al-Awza’i

  1. Keteguhan dalam Kebenaran
    Imam Al-Awza’i terkenal dengan keberaniannya dalam menyampaikan kebenaran, meskipun berhadapan dengan penguasa zalim. Suatu ketika, ia menegur Khalifah Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah karena kebijakan yang tidak adil. Ia mengatakan bahwa seorang pemimpin harus berlaku adil kepada rakyatnya, meskipun itu tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri. Keberanian dan keteguhan ini mengajarkan kita pentingnya menegakkan kebenaran, meskipun dalam tekanan.

  2. Keistimewaan dalam Ilmu dan Zuhud
    Imam Al-Awza’i sangat dihormati karena ilmunya yang luas dan sifatnya yang zuhud (tidak mengejar dunia). Ia tidak tergiur dengan harta atau jabatan dan selalu mengutamakan ilmu dan amal saleh. Hal ini mengajarkan kita bahwa ilmu harus digunakan dengan niat yang benar, bukan untuk kepentingan duniawi.

  3. Kebijaksanaan dalam Fatwa dan Pendekatan
    Dalam memberikan fatwa, Imam Al-Awza’i selalu mempertimbangkan kondisi masyarakat dan tetap berpegang teguh pada sunnah Rasulullah ﷺ. Ia mengajarkan bahwa dalam berdakwah harus menggunakan hikmah dan kelembutan, agar pesan agama dapat diterima dengan baik.

  4. Konsistensi dalam Menghidupkan Sunnah
    Imam Al-Awza’i berpegang teguh pada sunnah Nabi ﷺ dan menekankan pentingnya mengikuti ajaran para sahabat. Ia pernah berkata, “Berpeganglah pada jejak salaf, meskipun manusia menolakmu. Karena sesungguhnya urusan ini akan jelas bagi mereka yang memiliki hati yang hidup.” Pelajaran ini menunjukkan pentingnya tetap berpegang pada kebenaran walaupun tidak populer.

  5. Kisah Kedermawanan Imam Al-Awza’i
    Dikisahkan bahwa suatu ketika ada seseorang yang meminta nasihat kepadanya tentang bagaimana menghadapi dunia. Imam Al-Awza’i menjawab, “Hiduplah di dunia seperti seorang musafir. Jangan terlalu terikat dengan dunia karena itu hanya tempat singgah.” Sikapnya yang tidak cinta dunia mengajarkan kita tentang pentingnya hidup sederhana dan fokus pada akhirat.

Kesimpulan

Dari kisah Imam Al-Awza’i, kita belajar tentang keberanian dalam menegakkan kebenaran, pentingnya ilmu dan akhlak, serta keteguhan dalam mengikuti sunnah. Ia adalah teladan bagi kita dalam mengamalkan Islam dengan keikhlasan dan istiqamah.

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel